Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 10 Februari 2016

Reaksi Substitusi Nukleofilik dan Alkil Halida

     Pada kesempatan ini saya akan mengulas kembali Materi perkuliah pada Pertemuan ke-2 Tentang Reaksi  Subsitusi dan Alkil Halida.

REAKSI SUBSTITUSI
     Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom atau gugus atom oleh atom atau gugus atom lain. Jadi dalam reaksi substutisu suatu atom atau gugus atom yang terdapat dalam rantai utama akan meninggalkan rantai utama tersebut dan tempatnya yang kosong akan diganti oleh atom atau gugus atom yang lain. Berdasarkan pereaksi yang yang dipergunakan, reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi :
(a) reaksi substitusi radikal bebas;
(b) reaksi substitusi nukleofilik; dan
(c) reaksi substitusi elektrofilik.
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian atom senyawa hidrokarbon oleh atom senyawa lain. Reaksi substitusi pada umumnya terjadi pada senyawa jenuh (alkana). Alkana dapat mengalami reaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi juga dapat diartikan sebagai  reaksi dimana berlangsung penggantian ikatan kovalen pada suatu atom karbon. Reagensia pengganti dan gugus lepas yang meninggalkan substrat dapat berupa nukleofil atau elektrofil (atau radikal bebas). Secara umum, reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :
Reaksi secara umum:
      R - H    +    X2    R – X     +    H – X
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti. Perlu pula dicatat bahwa halogen adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga ikatan C-X bersifat polar di mana karbon mengemban muatan posisif partial (δ+) dan halogen muatan negatif partial (δ-). Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:

Alkil halida bereaksi dengan nukleofil dan basa
·         Alkil halida terpolariasi pada ikatan karbon – halida menjadikan karbon elektrofili
·         Nukleofil akan menggantikan posisi halida pada ikatan C-X dari berbagai alkil halida( reaksi sebagai basa Lewis)
·         Nukleofil yang basa Bronsted menghasilkan eliminasi 

Tahun 1896, Walden melihat bahwa asam (-)-malat dapat dirubah menjadi asam (+)-malat melalui tahapan reaksi kimia dengan pereaksi a-kiral. Penemuan ini yang mengaitkan hubungan langsung putaran optik dengan kekiralan dan perubahannya melalui alterasi kimia. Reaksi asam (-)-malat dengan PCl5 menghasilkan asam (+)-klorosuksinat. Reaksi lebih lanjut dengan perak oksida dalam air menghasilkan asam (+)-malat. Tahapan reaksi diawali dengan asam (+) malat menghasilkan asam (-)-malat.

Reaksi inversi Walden



Signifikansi inversi Walden
     - Reaksi alterasi terjadi pada pusat kiral
    - Reaksi melibatkan substitusi pada pusat kiral
     Jadi, substitusi nukleofilik dapat menginversi konfigurasi pada pusat kiral
     -Adanya gugus karboksil pada asam malat menimbulkan perdebatan mengenai           sifat reaksi siklus Walden

Mekanisme Substitusi Nukleofilik
Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik.
Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap. Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberika pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi. Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
   1.    Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi,       maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
  2.    Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan  (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-butanol.

Pengaruh reaktan dan tingkat energi keadaan transisi terhadap kecepatan reaksi
Makin tinggi tingkat energi reaktan (kurva merah) = reaksi makin cepat (ΔG lebih kecil). Makin tinggi tingkat energi keadaan transisi (kurva merah) = reaksi makin lambat (ΔG‡ lebih besar)



Orde Reaksi pada SN2
Semakin banyak gugus alkil yang terikat pada karbon pusat reaksi, reaksi lebih lambat

 Dari Materi diatas tersebut saya masih sangat bingung dengan reaksi SN1 dan SN2 dapatkah teman-teman yang membaca blog ini membantu saya? Dan tolong jelaskan mekanisme reaksi.

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih J

6 komentar:

  1. lola saya akan sedikit membantu permasalahan anda, reaksi SN1 mekanismenya hanya terjadi pada alkil halida tersier. yang terjadi dalam 3 tahap, sedangkan untuk reaksi SN2 terjadi pada alkil halida primer, contoh untuk SN2 :
    CH3 CH3
    | |
    OH + CH3 - C -Br => OH - C - Br => OH - C - H + Br
    / \ / \ |
    H H H H H
    mungkin itu saja lola, semoga bisa membantu n_n

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih azmi itu sngt membantu

      Hapus
    2. Noverina saya akan mencoba sediki membantu permasalahan saudari, saya sependapat dngan saudari azmi. disini saya sedikit menambah
      Mekanisme SN1
      Mekanisme SN1 adalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dengan gugus pergi putus

      Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan electron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk produk.

      Pada mekanisme SN1 substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.

      Mekanisme SN2
      Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap
      Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C—X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan electron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon.
      Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.


      semoga bisa membantu ya :)

      Hapus
    3. Terimakasi atas jawaban yang sangat membantu

      Hapus
  2. saya akan mencoba membantu menyelesaikan permasalahan anda, yaitu tentang SN1 dan SN2 beserta mekanismenya,
    Reaksi SN2
     Reaksi yang melibatkan inversi pada pusat reaksi
     Mengikuti kinetika reaksi orde kedua
     Tatanama Ingold menerangkan tahapan reaksi:
     S=substitusi
     N (subscript) = nukleofilik
     2 = keduanya nukleofil dan substrat berada dalam tahapan yang karakteristik (bimolekular)
    Kinetika Substitusi Nukleofilik
    Kecepatan (V) berubah menurut konsentrasi terhadap waktu
     Tergantung pada konsentrasi, suhu, sifat reaksi (penghalang pada energi permukaan)
     Hukum kecepatan menerangkan hubungan antara konsentrasi reaktan dan konversi terhadap produk
     Konstanta kecepatan (k) adalah factor proporsionalitas antara konsentrasi dan kecepatan
    Example: for S converting to P
    V = d[S]/dt = k [S]
    Kajian kinetika reaksi disebut kinetika
     Kecepatan berkurang dengan menurunnya konsentrasi tetapi konstanta kecepatan tidak
     Satuan kecepatan: [konsentrasi]/waktu sebagai L/(mol x s)
     Hukum kecepatan adalah mekanisme reaksi
     Orde raksi adalah jumlah eksponen konsentrasi dalam hukum kecepatan – misalnya orde kedua
    Mekanisme SN2
    Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:
    Nukleofil X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugusmenyerang dari belakang ikatan C pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon.
    Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi. Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
    1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
    2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)- 2-butanol.
    3 L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepatJika substrat R apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.

    Mekanisme SN1
    Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dengan gugus pergi putus. Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk produk. Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
    Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
    1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
    2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya adatiga gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik

    BalasHapus