1. Kapan
ozonoliis menghasilkan keton?
Reaksi ozonolisis merupakan reaksi oksidasi ikatan
rangkapoleh ozon. Biasanya reaksi ini
digunakan untuk menentukan tempat ikatanrangkap
pada senyawa yang belum diketahui. Reaksi alkena dengan ozon akan
menghasilkan aldehida atau keton dan bisa kedua-duanya. Hal ini tergantung
jenis senyawa yang di oksidasi.
Dari ketiga contoh terlihat bahwa
alkena yang :
·
jika
kedua atom C pada ikatan rangkap masing-masing hanya mengikat 1 gugus alkil,
maka zat yang dihasilkan keduanya adalah aldehid.
·
Jika
kedua atom C pada ikatan rangkap yang satu mengikat 1 gugus alkil dan yang lain
mengikat 2 gugus alkil, maka zat yang dihasilkan adalah aldehid dan keton.
·
Jika
kedua atom C pada ikatan rangkap masing-masing mengikat 2 gugus alkil, maka zat
yang dihasilkan keduanya adalah keton.
Dari keterangan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk menghasilkan suatu keton pada reaksi ozonolisis ini,
syaratnya yaitu atom C pada ikatan rangkap harus mengikat 2 gugus alkil.
2. Bagaimana
reaksi brominasi dan berikan contoh mekanisme reaksi?
Reaksi
halogenasi adalah suatu reaksi alkana dengan unsur-unsur halogen (F, Cl, Br,
I). Penaman reaksi dari masing-masing unsur digunakan nama unsur
tersendirinya, yaitu fluorinasi, klorinasi, brominasi dan ionisai. Reaksi
halogenasi ini melibatkan sinar ultraviolet dan katalis CCl4.
Berikut
ini diberikan contoh reaksi brominasi.
CH3—CH2—CH2—CH3 + Br2 à
CH3—CH2—CH2—CH2—Br + HBr
Mekanisme
reaksi:
a. Tahap Inisiasi
Tahap ini
merupakan tahap dimana unsur halogen (F, Cl, Br, I) membentuk radikal-radikal
bebasnya.
Contoh :
Br2 à
Brᵒ + Br
ᵒ
b. Tahap Propagasi
Tahap ini
merupakan tahap dimana terjadi penyerangan radikal terhadap suatu molekul.
Contoh
:
CH3—CH2—CH2—CH2—
H + Br ᵒ à CH3—CH2—CH2—
CH2 ᵒ HBr
CH3—CH2—CH2—
CH2 ᵒ + Br2 à CH3—CH2—CH2—
CH2—Br + Br ᵒ
c. Tahap Terminasi
Tahap ini
merupakan tahap terakhir dalam reaksi halogenasi (brominasi) dan terjadi
penggabungan radikal-radikal pada tahap sebelumnya.
Contoh:
Br
ᵒ + Br ᵒ à Br2
CH3—CH2—CH2—CH2 ᵒ +
Br ᵒ à CH3—CH2—CH2—CH2—Br
CH3—CH2—CH2—CH2 ᵒ +
CH3—CH2—CH2—CH2 ᵒ à
CH3—CH2—CH2—CH2 —CH2—CH2—CH2—CH3
Hᵒ
+ Br ᵒ à HBr
3 Bagaimana
teori asam basa arrhenius , bronsted lowry , dan lewis ?
A.
Teori Asam Basa Arrhenius dan pH
Larutan
Pengertian asam dan basa yang modern mula-mula dikemukakan
oleh Svante Arrhenius pada tahun 1887. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang
bila dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion
hidrogen [H+] sebagai satu-satunya ion
positif. Sementara itu, basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion-ion hidroksida[OH-] sebagai satu-satunya ion
negatif.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asam adalah senyawa
yang mengandung ion hidrogen dengan satu atau lebih unsur lain dan basa
merupakan senyawa yang mengandung ion hidroksida dengan satu atau lebih unsur
lain.
a) Asam
Berdasarkan
banyaknya ion hidrogen yang dihasilkan maka larutan asam dapat dibagi menjadi
asam monobasis dan asam polibasis
1. Asam monobasis (berbasa satu) adalah
asam yang dalam larutan air akan menghasilkan satu ion hidrogen (H+).
Contohnya
adalah:
HCl(aq) à H+(aq)
+
Cl (aq)
asam
klorida ion
hidrogen
ion klorida
CH3COOH(aq) à H+(aq)
+ CH3COO-(aq)
asam
asetat ion
hidrogen
ion asetat
2. Asam polibasis (berbasa banyak)
adalah asam yang dalam larutan air menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen
(H+).
Contohnya
adalah:
H2SO4(aq) à
H+(aq)
+ HSO4 (aq)
asam
sulfat ion
hidrogen ion
hidrogensulfat
HSO4(aq)
à
H+(aq)
+ SO4(aq)
ion
hidrogen sulfat
ion hidrogen ion sulfat
Asam
monobasis dan polibasis disebut juga asam monoprotik dan poliprotik. Dalam
keadaan sebenarnya, ion hidrogen tidak dapat berdiri bebas. Dalam larutan air,
ion hidrogen (H+) akan berikatan secara koordinasi dengan molekul
air (H2O) menjadi ion hidronium (H3O+).
H+(aq)+
H2O(l) à
H3O+(aq)
Dengan
demikian, reaksi ionisasi dalam contoh tersebut di atas dituliskan sebagai
berikut:
HCl(aq) + H2O(l)
à H3O+(aq) + Cl-(aq)
CH3COOH(aq) +
H2O(l) à H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
H2SO4(aq) +
2H2O(l) à
2H3O+(aq) + SO42- (aq)
b) Basa
Seperti halnya larutan asam, larutan
basa juga dibagi menjadi basa monoasidik dan poliasidik. Pembagian ini
menunjukkan sifat keasaman (hidroksitas) suatu basa.
1) Basa monoasidik yaitu basa yang
dalam larutan air menghasilkan
NaOH(aq)
à Na+(aq)
+ OH-(aq)
natrium
hidroksida
ion
natrium
ion hidroksida
NH4OH(aq) à NH4+ (aq)
+ OH- (aq)
amonium
hidroksida ion
amonium ion
hidroksida
2) Basa poliasidik, yaitu basa yang dalam larutan
air menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida (OH-)
Contohnya
adalah:
Ca(OH)2(aq) à Ca2+(aq)
+ 2OH- (aq)
kalsium
hidroksida
ion
kalsium
ion hidroksida
Berdasarkan
sifat-sifat ion di atas, maka reaksi antara ion H+ dan OH- dapat
membentuk H2O. Proses ini disebut dengan netralisasi.
pH Larutan
Pada pembahasan asam basa Arrhenius, kita telah
mempelajari penggunaan H+ dan OH untuk
menjelaskan pengertian asam-basa. Selain menjelaskan pengertian asam basa H+ dan
OH
juga dapat digunakan untuk menerangkan derajat keasaman atau kebasaan
larutan asam basa. Semakin besar konsentrasi H+, semakin besar sifat
asamnya. Sebaliknya, semakin besar konsentrasi OH-, semakin besar
sifat basanya.
Namun, pernyataan kekuatan asam atau kekuatan basa
menggunakan [H+] dan [OH-] memberikan angka yang nilainya
sangat kecil dan cara penulisannya tidak sederhana. Untuk menghindari
kesulitan-kesulitan yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan angka-angka yang
tidak sederhana ini, pada 1909, Soren Peter Lauritz Sorensen (1868-1939),
seorang ahli biokimia dari Denmark mengajukan penggunaan istilah pH. Angka pH
suatu larutan menyatakan derajat atau tingkat keasaman larutan tersebut. Nilai
pH diperoleh sebagai hasil negatif logaritma 10 dari konsentrasi ion H+.
Dengan demikian, untuk larutan asam berlaku:
pH
= - log [H+]
Analog dengan
pH, untuk larutan basa berlaku
pOH = - log [OH-]
Menurut Arrenhius,
·
Asam
adalah zat
yang akan menghasilkan ion Hidrogen (H +) jika dilarutkan. (produce hydrogen
ions in solution)
·
Basa
adalah zat
yang akan menghasilkan atau memproduksi ion hidroksida jika dilarutkan dengan
air. (produce hydroxide ions in solution)
Reaksi
netralisasi terjadi jika ion hidrogen bereaksi dengan ion hidroksida.
contoh
larutan asam
HCl(aq) à H + (aq)+ Cl - (aq) atau HCl + H2O à H3O++ Cl -
contoh
larutan asam
HCl(aq) à H + (aq)+ Cl - (aq) atau HCl + H2O à H3O++ Cl -
larutan
basa
BaOH(aq) à Na + (aq)+ OH - (aq)
BaOH(aq) à Na + (aq)+ OH - (aq)
Jadi teori asam basa Arrenhius
sangat sederhana,
zat itu asam jika larutannya menghasilkan ion hidrogen dan basa
jika larutannya menghasilkan ion hidroksida. Meskipun teori ini masih
sangat sederhana, tapi teori asam basa arrenhius masih tetap berguna. Teori asam
basa arrenhius ini punya kelemahan yaitu hanya bisa berlaku pada larutan
dalam air. Teori ini tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi asam dan
basa sam untuk reaksi yang tidak melibatkan larutan air seperti reaksi
pembentukan garam. Misalnya reaksi antara gas amonia dan gas asam klorida
membentuk amonium klorida solid berikut ini.
NH3(g) + HCl(g) à NH4Cl (s)
A.
Teori Asam Basa Bronsted-Lowry
Teori
asam basa ini bisa menjawab pertanyaan sebelumnya yang tidak dapat di jawab
oleh teori arrhenius yaitu untuk reaksi tanpa menggunakan pelarut air.
Brownsted Lowry diambil dari 2 nama Ilmuan Johannes Nicolaus Brønsted and
Thomas Martin Lowry. Mereka mengungkapakan teori asam basanya sebagai berikut :
·
Asam
adalah senyawa yang dapat memberikan proton atau DONOR PROTON “a proton
(hydrogen ion) donor”
·
Basa
adalah senyawa yang dapat menerima proton atau RESEPIEN PROTON atau AKSEPTOR
PROTON “a proton (hydrogen ion) acceptor”
Pada reaksi asam Basa Bronsted-Lowry, terdapat dua
pasangan asam basa. Pasangan pertama merupakan pasangan antara asam
dengan basa konjugasi (yang menyerap proton); dalam hal ini ditandai dengan
Asam-1 dan Basa-1. Pasangan kedua adalah pasangan antara basa dengan asam
konjugasi (yang memberi proton); dalam hal ini ditandai dengan Basa-2 dan
Asam-2. Rumusan kimia pasangan asam-basa konjugasi hanya berbeda satu proton (H+).
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Asam-1
|
+
|
Basa-2
|
Basa-1
|
+
|
Asam-2
|
|
HCl
|
+
|
NH3
|
Cl-
|
+
|
NH4+
|
|
H2O
|
+
|
CO3
|
OH-
|
+
|
HCO3-
|
|
CH3COOH
|
+
|
H2O
|
CH3COO-
|
+
|
H3O+
|
|
HNO2
|
+
|
CH3COOH
|
NO2-
|
+
|
CH3COOH2+
|
Teori tersebut bertentangan dengan yang
dikemukakan Arrhenius, yakni bahwa jika ada senyawa yang bersifat asam
(menghasilkan ion H+) tidak memiliki hubungan dengan senyawa lain yang bersifat
basa (menghasilkan OH-).
Sekarang dapat diungkapkan beberapa
cara yang menunjukkan bahwa model asam-basa menurut Bronsted-Lowry lebih luas
cakupannya dibandingkan model dari Arrhenius. Menurut model Bronsted-Lowry :
·
Basa adalah spesi akseptor
proton, misalnya ion OH-.
·
Asam dan basa dapat berupa ion atau
molekul.
·
Reaksi asam-basa tidak terbatas pada
larutan air.
·
Beberapa spesi dapat bereaksi sebagai
asam atau basa tergantung pada pereaksi
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah
suatu zat yang dapat memberi proton (donor ion H+), sedangkan
basa adalah suatu zat yang dapat menerima proton (akseptor ion H+).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa jika terdapat zat yang
bersifat asam, harus terdapat zat yang bersifat basa, demikian pula sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan “memberikan proton”, yang memiliki pengertian tidak
mungkin terjadi peristiwa “memberikan proton” jika tidak ada zat lain yang akan
“menerima proton” tersebut.
Jadi teori asam basa ini menitik beratkan
pada pemberi dan penerima proton atau ion hidrogen
Contoh
Teori asam basa Bronsted-Lowry pada pada rekasi tanpa pelarut air
HCl (g)+ NH3(g)-> NH4++ Cl-dari persamaan reaksi di atas HCl merupakan asam karenan ia mendonorkan protonnya kepada NH3
Teori asam basa Bronsted-Lowry pada pada rekasi tanpa pelarut air
HCl (g)+ NH3(g)-> NH4++ Cl-dari persamaan reaksi di atas HCl merupakan asam karenan ia mendonorkan protonnya kepada NH3
Teori asam basa Bronsted-Lowry
pada pada rekasi dengan pelarut air
HCl (g) + H2O(aq)-> H3O+(aq)+ Cl-(aq)
HCl adalah bersifat asam karena jika dilarutkan dalam air menghasillkan ion hidrogen H+ atau H3O+
HCl (g) + H2O(aq)-> H3O+(aq)+ Cl-(aq)
HCl adalah bersifat asam karena jika dilarutkan dalam air menghasillkan ion hidrogen H+ atau H3O+
Asam
dan Basa Konjugasi
HCl (g)+ NH3(g)->
NH4++ Cl-
cara menentukan mana asam dan mana
basa sebagai berikut:
dari persamaan reaksi di atas
terlihat bahwa HCl berperan sebagai donor proton (ion Hidrogen) dan NH3 sebagai
akseptor proton, jadi HCl merupakan spesi asam dan NH3 merupakan
spesi basa. Lalu apa yang dimaksud dengan asam konjugasi dan basa
konjugasi? Asam Konjugasi merupakan Asam yang terbentuk dari basa yang telah
menerima proton dan Basa Konjugasi adalah basa yang terbentuk dari asam yang
telah melepas proton.
Asam
|
Proton
|
+
|
BasaKonjugasi
|
HCl
|
H+
|
+
|
Cl-
|
NH3
|
H+
|
+
|
NH2-
|
H2O
|
H+
|
+
|
OH-
|
Basa
|
Proton
|
+
|
Asam
Konjugasi |
NH3
|
H+
|
+
|
NH4+
|
H2O
|
H+
|
+
|
H3O+
|
S2-
|
H+
|
+
|
HS-
|
contoh soal teori asam basa Bronsted
-Lowry
A.
Teori Asam Basa Lewis
Di tahun 1923 ketika Bronsted dan
Lowry mengusulkan teori asam-basanya, Lewis juga mengusulkan teori asam basa
baru juga. Lewis, yang juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori
asam basa sebagai masalah dasar yang harus diselesaikan berlandaskan teori
struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan.
Teori asam basa Lewis:
·
Asam: zat yang dapat menerima
pasangan elektron.
·
Basa: zat yang dapat mendonorkan
pasangan elektron.
Semua zat yang didefinisikan sebagai
asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam kerangka teori Lewis
karena proton adalah akseptor pasangan elektron . Dalam reaksi netralisasi
proton membentuk ikatan koordinat dengan ion hidroksida.
H+ + OH-
------->
H2O
Situasi ini sama dengan reaksi fasa
gas yang pertama diterima sebagai reaksi asam basa dalam kerangka teori
Bronsted dan Lowry.
HCl(g) + NH3(g) -------->
NH4Cl(s)
Dalam reaksi ini, proton dari HCl
membentuk ikatan koordinat dengan pasangan elektron bebas atom nitrogen.
Keuntungan utama teori asam basa
Lewis terletak pada fakta bahwa beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai
reaksi asam basa dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry terbukti
sebagai reaksi asam basa dalam teori Lewis. Sebagai contoh reakasi antara boron
trifluorida BF3 dan ion fluorida F-.
BF3 + F- à BF4-
Reaksi ini melibatkan koordinasi
boron trifluorida pada pasangan elektron bebas ion fluorida. Menurut teori asam
basa Lewis, BF3 adalah asam. Untuk membedakan asam semacam BF3 dari
asam protik (yang melepas proton, dengan kata lain, asam dalam kerangka teori
Arrhenius dan Bronsted Lowry), asam ini disebut dengan asam Lewis. Boron
membentuk senyawa yang tidak memenuhi aturan oktet, dan dengan demikian adalah
contoh khas unsur yang membentuk asam Lewis.
Karena semua basa Bonsted Lowry
mendonasikan pasangan elektronnya pada proton, basa ini juga merupakan basa
Lewis. Namun, tidak semua asam Lewis adalah asam Bronsted Lowry sebagaimana
dinyatakan dalam contoh di atas.
Dari ketiga definisi asam basa di
atas, definisi Arrhenius yang paling terbatas. Teori Lewis meliputi asam basa
yang paling luas. Sepanjang yang dibahas adalah reaksi di larutan dalam air,
teori Bronsted Lowry paling mudah digunakan, tetapi teori Lewis lah yang paling
tepat bila reaksi asam basa melibatkan senyawa tanpa proton.
1. Bagaimana
struktur ikatan HClO?
2. Apa
ide dari Sn 1?
Reaksi SN1 adalah sebuah reaksi substitusi dalam kimia organik. SN1 adalah
singkatan dari substitusi nukleofili dan "1" memiliki arti bahwa tahap penetapan laju reaksi ini adalah reaksi molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan
sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan tersier. Dengan alkil halida
primer, reaksi alternatif SN2 terjadi. Dalam kimia anorganik, SN1 dirujuk
sebagai mekanisme disosiatif.mekanisme reaksi ini pertama kali diajukan oleh Christopher Ingold, dkk. pada tahun 1940
MEKANISME REAKSI
Reaksi SN1 antara molekul A dan
nukleofil B memiliki tiga tahapan:
1. Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan
pemisahan gugus lepas dari karbon; tahap ini berjalan dengan lambat
dan reversibel
2. Serangan
nukleofilik: B bereaksi
dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral (contoh:
pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini selesai. Jika pelarutnya
adalah air, maka zat antaranya adalah ion oksonium.
3. Deprotonasi: Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun molekul di sekitar.
Mekanisme
reaksi SN1 cenderung mendominasi ketika atom karbon pusat
dikelilingi oleh gugus-gugus yang meruab karena gugus-gugus tersebut
menyebabkan rintangan
sterikuntuk terjadinya reaksi SN2.
Selain itu, substituen yang meruab pada karbon pusat juga meningkatkan laju
pembentukan karbokation oleh karena terjadinya pelepasan terikan
sterik yang terjadi. Karbokation yang terbentuk juga distabilkan
oleh stabilisasi
induktif dan hiperkonjugasi yang berasal dari gugus alkil yang melekat pada karbon. Postulat Hammond-Leffler mensugestikan bahwa hal ini juga akan meningkatkan laju
pembentukan karbokation. Oleh karena itu, mekanisme reaksi SN1
mendominasi pada reaksi di pusatalkil
tersier dan juga terlihat pada reaksi di pusat alkil
sekunder dengan keberadaan nukleofil lemah.
Ada
analogi menarik perihal SN1, fenomenanya mirip-mirip dengan pasutri yang harus
melabuhkan kapal ditengah lautan, lalu berjalan berlawanan dengan damai karena
tidak adanya dukungan keadaan (cerai/pisah/terionisasi maksudnya). Disinilah
terbuka peluang bagi “calon-calon” gugus datang yang ingin mengisi kekosongan.
Alhasil, mudah bagi si calon untuk mengisi “kursi” yang ditinggalkan sang
mantan
3. Bagaimana
reaksi Walden dan contoh reaksi walden?
Mekanisme
reaksinya: (SN2). Yang memperlihatkan stereokimianya.
Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)
Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas
akan lepas dan membentuk karbokation. Tahap ini
akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil.
Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi
dengan molekul yang lepas saja yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada
hasil stereokimianya. Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan
tidak menghasilkan pusat chiral, melainkan dalam bentuk isomer geometri
(cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diamati pada mekanisme SN2.
Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi
nukleofilik di mana atom atau molekul yang melepas, atau elektrofilnya,
mempunyai kerapatan elektron yang rendah sehingga bermuatan positif. Biasanya
elektrofil ini adalah atom karbon dari gugus karbonil, karbokation atau sulfur
atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada hidrokarbon aromatik saja,
sehingga disebut substitusi aromatik elektrofilik. Serangan elektrofil akan
menciptakan kompleks yang disebut sebagai σ-compleks, sebuah fase transisi di
mana sistem aromatiknya hilang. Lalu, gugus lepas (biasanya proton), akan
terpisah dan sifat kearomatikannya kembali. Alternatif lain untuk substitusi
aromatik adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini mirip dengan
substitusi aromatik elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan
SE2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar